Dinamisasi perlombaan kicau burung di Indonesia sangat tinggi, kontes diadakan dimana - mana, resmi maupun tidak resmi. Burung - burung yang memenangkan kontes tersebut diburu dan dijadikan koleksi ataupun dikembang-biakkan untuk mendapatkan anakannya. Para konsumen siulan "Penyanyi Bersayap" ini setiap saat membutuhkan pendatang - pendatang baru untuk dijadikan jagoan dalam kontes. Bisnis ocehan ini menjadikan mesin pencetak uang bagi para penangkar burung.
Ada teknik jitu untuk mengangkat suatu komoditas burung kicau, sebagai contoh burung kenari yang kontes kicaunya diadakan dimana - mana apalagi di daerah Yogyakarta setiap minggu. Itu menjadikan citra burung kenari sangat digemari dan diminati yang membuat penangkaran burung kenari semakin meriah sehingga para hobi kicau burung merasakan kepuasan batin dan itu berujung kepada kegiatan perekonomian.
Ribuan spesies burung mulai ditemukan dari ujung timur hingga ujung barat kepulauan Nusantara. Hasil survei menunjukkan 17 % dari seluruh spesies burung yang ada didunia terdapat di Indonesia atau sekitar 1.539 spesies burung, yang membuat Indonesia mendapatkan peringkat keempat dalam keanekaragaman jenis burung yang ada. Itu berarti tingkat kelengkapan jenis burung di Indonesia sangat tinggi setelah Kolumbia, Peru dan Brazil. Selain itu di Indonesia sekitar 381 spesies endemik yang hanya terdapat di negeri ini.
Pada pertengahan tahun 1980an Indonesia pernah menjadi pengekspor burung - burung lokal Jawa. Jenis - jenis yang disukai diluar negeri adalah Bondol, Pipit Benggala, Gelatik, Perkutut, Beo dan Serindit. Oleh sebab itu, spesies burung endemik ini sangat membutuhkan pelestarian melalui pengembang-biakan karena mempunyai keunggulan kompetitif dibandingkan jenis burung lain.
Burung Beo
Sayangnya bangsa burung di Indonesia terancam punah, Tercatat dari
sekian ribu spesies yang ada, 104 spesies burung terancam punah secara
besar - besaran, 30an spesies kurang data dan 152 spesies mendekati
kepunahan. Dari 104 spesies burung yang terancam punah diketahui 4
spesies berada dalam keadaan kritis, 16 spesies dalam keadaan genting
dan 84 spesies rentan punah.
Burung Gelatik
Diketahui bahwa burung Trulek Jawa (Vallerus macropterus) saat
ini tidak ditemukan lagi dengan kata lain telah punah, artinya generasi
yang akan datang atau mungkin generasi sekarang tidak dapat lagi
menyaksikan spesies tersebut. Sedangkan Burung Jalak Bali (Leocopsar rothschildi) pun seakan bersiap menunggu antrian menuju kepunahan yang sebagian kecil masih ada tetapi diluar habitat aslinya.
Untuk itu semoga materi / artikel ini berisi hal mendasar dari burung,
dalam artian admin mencoba membahas tentang pakan, sistem pencernaan dan
pengembang-biakan dalam penangkaran.
Mengapa kita memilih aspek yang sangat mendasar?
Karena harapannya adalah tidak hanya burung kicau yang dijadikan objek
budidaya namun burung - burung yang selama ini ditinggalkan bisa
diangkat kembali komoditas yang menguntungkan sekaligus dilestarikan.
Meskipun bentuknya berbeda, tingkah laku bermacam - macam, lingkungan
hidup dan habitat tidak sama tetapi sistem pencernaannya sama.
Burung Kepodang
Burung Kepodang
Keberhasilan manajemen pelestarian dan pengembangan usaha, penangkaran
burung ditentukan oleh banyak hal. Salah satunya yang harus diperhatikan
adalah pembenahan dalam manajemen konservasinya. Manajemen konservasi
ini harus meliputi makanan, pemeliharaan (sangkar, tempat pakan, suasana
lingkungan, suhu, dan kelembaban), manajemen kesehatan (pencegahan
penyakit, kekebalan tubuh dan pengobatan penyakit) serta manajemen
reproduksinya dalam keadaan normal.Selanjutnya, berkaitan dengan adanya serangan Virus Avian Influenza (AI)
di Indonesia maka dalam artikel ini sedikit dibahas tips untuk
menghindarinya.
Persoalan utama pada kasus ini sebenarnya bukan pada pemeliharaan
burungnya justeru pada faktor ketidakfahaman masyarakat terhadap AI atau
Flu Burung itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar